Pages

Senin, 20 Desember 2010

Analisis Iklan Im3

 Jaringan telekomunikasi sekarang sudah banyak digunakan dalam kehidupan masyarakat modern. Seiring perkembangan jaman masyarakat sudah mulai menganggap handphone atau telepon genggam menjadi kebutuhan pokok lagi, karena dengan handphone atau telepon seluler mamusia bisa dengan mudah berkomunikasi, dan bisa kapan saja menghubungi orang terdekatnya. Seiring dengan digunakannya telepon seluler sehari-hari juga, banyak juga perusahaan-perusahaan yang menyediakan jasa atau sarana komunikasi atau yang biasanya kita sebut dengan perdana.

Para perusahaan komunikasi berlomba-lomba memasang tarif murah atau tarif promosi dengan tujuan untuk memikat para konsumen agar menggunakan produk perusahaan telekomunikasi. Tawaran yang ditawarkan biasanya berupa bonus-bonus pulsa ataupun bonus sms. Akhir-akhir ini yang paling terbaru adalah perusahaan jasa telekomunikasi menawarkan tawaran terbarunya yaitu pulsa internet, kegunaan dari pulsa ini adalah untuk browsing melalui telepon seluler yang sudah memiliki GPRS. Misalnya untuk browsing Friendster, Facebook, Yahoo! Messenger, I-go, opera mini, maupun mig33. Akhir-akhir ini yang menjadi sorotan public adalah iklan milik perusahaan jasa telekomunikasi milik Indosat, yaitu iklan Im3 internet Rp. 1 per kb. Di dalam iklan ini banyak sekali simbol-simbol dan warna-warni yang ada dalam iklan indosat, tidak itu saja simbol-simbol juga digunakan dalam iklan ini, misalnya di dalam iklan ini ada seorang pria yang sedang liburan di pantai dan sedang berjemur sambil chatting dengan pulsa internet milik im3, kemudian di gambar tersebut ada ilustrasi bahwa cowok tersebut sedang browsing dengan i-go, opera mini, mig33, dan facebook. Karena diatas kepala cowok tersebut ada simbol atau pertanda dan petanda aplikasi browsing tersebut.
Im3 Internet Rp. 1 per kb

Dalam iklan im3 internet ini banyak sekali tanda-tanda atau simbol yang terdapat didalamnya, iklan ini bercerita bahwa kini pengguna Mentari dan IM3 dapat ber-internet ria lebih leluasa dengan Voucher Internet, voucher khusus dari Indosat yang pulsanya hanya bisa digunakan untuk akses internet/data. Voucher Internet Indosat ini adalah voucher internet pertama yang pernah ada di indonesia. Dengan Voucher Internet, surfing, browsing, downloading, uploading, e-mail, sampai chatting jadi lebih murah dan menyenangkan, cuma Rp 10/30 detik dengan kecepatan sampai dengan 256 Kbps!
Saat ini Voucher Internet tersedia di outlet-outlet dalam bentuk elektronik dengan denominasi Rp 5.000 dan dapat digunakan untuk akses selama 250 menit/4 jam 10menit. Masa aktif pulsa 5 hari. Objek dalam iklan tersebut adalah simbol Indosat karena produk dari iklan ini adalah menawarkan kemudahan untuk browsing kemana saja dan kapan saja maka di dalam iklan ini terdapat banyak komponen-komponen yang diwakili oleh tanda, seorang cowok sedang memainkan handphone nya dengan browsing dengan beberapa aplikasi di pantai saat liburan. Cowok tersebut menggnakan aplikasi browsing seperti dalam gambar iklan, I-go, opera mini, mig33, dan yang terakhir adalah facebook. Dari keseluruhan tanda tersebut meskipun tidak disebutkan kegunaan dan nama dari aplikasi browsing tersebut kita akan bisa membacanya dan mengetahuinya, karena itu adalah merupakan sebuah tanda yang tidak akan ada yang pernah menyamainya dan tanda tersebut sudah menjadi hak paten.

Banyak Anak Putus Sekolah Karena Ingin Bantu Orang Tua

Banyak anak usia wajib belajar yang putus sekolah karena harus bekerja. Kondisi itu harus menjadi perhatian pemerintah karena anak usia wajib belajar mesti menyelesaikan pendidikan SD-SMP tanpa hambatan, termasuk persoalan biaya. Karena itu, bagi anak-anak miskin, Bantuan Operasional Sekolah (BOS) saja belum cukup. Pemerintah dan sekolah juga mesti memikirkan pemberian beasiswa tambahan untuk pembelian seragam dan alat tulis, serta biaya transportasi dari rumah ke sekolah agar anak-anak usia wajib belajar tidak terbebani dengan biaya pendidikan.

Solusi dalam menyikapi konflik diatas:

Sudah bukan hal baru lagi ketika kita mendengar kemiskinan menjadi suatu polemik yang selalu menghantui masyarakat ekonomi kelas bawah. Pendidikan yang seharusnya dikenyam seluruh lapisan masyarakat, khususnya di usia anak-anak, harus terbengkalai tak terurus begitu saja dikarenakan himpitan ekonomi yang menyelimutinya. Seperti uraian permasalahan tercantum diatas, tak seharusnya pula kita berhenti untuk berfikir bagaimana agar sekiranya konflik semacam itu dapat dihindari atau paling tidak dapat diminimalisir seoptimal mungkin.

Seorang anak seolah merasa terpaksa membantu orangtuanya dengan bekerja turut mencari penghasilan tambahan, namun karena desakan berbagai faktor, seperti waktu, rasa lelah seusai bekerja, tidak terfokusnya pikiran, ataupun hubungan sosial dengan temannya, jelas secara perlahan hal tersebut akan menyebabkan si anak mengeluarkan keputusan untuk berhenti sekolah. Sangat disayangkan memang, ibarat melakukan pengorbanan untuk dapat meraih sepeser uang dengan cara membayarnya dengan pendidikan, yang notabene nilai pendidikan ialah jelas jauh punya nilai guna dikemudian hari kelak. Bahkan cukup ironi jika ada orangtua dari keluarga ekonomi kurang mampu yang sampai beranggapan bahwa bersekolah dikatakan hanya akan menambah pengeluaran dari pengahasilan yang telah didapatnya.

Pemerintah pun sebagai wahana dalam memberikan pelayanan dirasa belum efektif dalam mengayomi masyarakatnya. Program-program pemerintah yang ditujukan kepada sekolah dasar sampai sekolah menengah, seperti Bantuan Operasional Sekolah (BOS) ataupun Dana program kompensasi pengurangan subsidi (PKPS) BBM untuk pendidikan faktanya belum cukup untuk mensiasati permasalah ini. Karena permasalahan akan sekolah tidak bisa berhenti hanya dengan pembayaran iuran SPP saja, tapi juga perlu diperhatikan permasalahan lain yang cukup berpengaruh terhadap sisi psikologis anak misalnya masalah pembelian buku pelajaran, biaya transportasi, biaya seragam sekolah dan juga tak ketinggalan status sosial anak dimata anak-anak yang mungkin lebih mampu yang disinyalir sebagai penyebab munculnya rasa malas dating ke sekolah yang ujungnya ialah berhenti bersekolah.

Kini menjadi tugas urgen bagi Pemerintah maupun orangtua untuk sekiranya dapat berfikir mengeluarkan inisiatif demi mengatasi konflik semacam ini, orangtua sebagai orang terdekat dengan anak sudah seharusnya berfikir jernih untuk dapat memberikan pengarahan yang lebih tepat bagi anak-anaknya, orangtua harus menyadari bahwa si anak haruslah diberikan haknya untuk memperoleh pendidikan, memberikan pengarahan agar anak meyakini bahwa pendidikan merupakan bekal penting dalam menjalani kehidupan dan orangtua pun, khususnya ayah, harus menyadari bahwa menafkahkan keluarga itu sudah merupakan kewajibannya.
Berbicara seorang ayah atau orangtua yang menganggur, dalam hal ini jelas perlu adanya turun tangan pemerintah untuk memberikan perhatian penuh akan problem ini. Pemerintah haruslah secara intensif dan gencar-gencarnya untuk terus memberikan penyuluhan pengajaran keterampilan bagi masyarakat pengangguran, untuk kemudian memberikan modal yang sepantasnya demi membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat tak mampu. Sehingga jika memang orangtua sudah merasa cukup dengan ekonominya, sudah barang tentu si anak akan di sekolahkan sesuai tuntutan yang berlaku.

Bagitu pula halnya, dengan sikap golongan-golongan masyarakat ekonomi sangat mampu, sungguh sangat diharapkan timbulnya rasa humanisme atau kepedulian sosial terhadap masyarakat miskin yang ada. Jujur saja sangatlah lucu ketika jurang antara si Kaya dan si Miskin masih sangat curam, disatu sisi si Miskin yang untuk mengenyam pendidikan dasarpun harus terhalang karena himpitan ekonomi, sedangkan di sisi lain sebagian oknum dari pihak si Kaya masih seolah tidak melihat masyarakat kelas bawah yang ada dihadapnnya. Lebih lanjut, memang perlu adanya kesadaran terhadap pribadi-pribadi jiwa manusia untuk menumbuhkan rasa keadilan. Dalam hal kehidupan beragama, Islam pun sebenarnya sangat menekankan pengaturan distribusi ekonomi yang adil agar ketimpangan di dalam masyarakat dapat dihilangkan.

Referensi:
http://edukasi.kompas.com/read/2009/06/15/09565344/Awalnya.Bantu.Orangtua..Lama.lama.Terjebak…

Konflik Antara Leader dengan Bawahannya di dalam Perusahaan

Perusahaan manapun pasti pernah mengalami konflik internal. Mulai dari tingkat individu, kelompok, sampai unit. Mulai dari derajat dan lingkup konflik yang kecil sampai yang besar. Yang relatif kecil seperti masalah adu mulut tentang pribadi antarkaryawan, sampai yang relatif besar seperti beda pandangan tentang strategi bisnis di kalangan manajemen. Contoh lainnya dari konflik yang relatif besar yakni antara karyawan dan manajemen. Secara kasat mata kita bisa ikuti berita sehari-hari di berbagai media. Disitu tampak konflik dalam bentuk demonstrasi dan pemogokan. Apakah hal itu karena tuntutan besarnya kompensasi, kesejahteraan, keadilan promosi karir, ataukah karena tuntutan hak asasi manusia karyawan.

Disini saya mengambil satu contoh konflik didalam perusahaan antara seorang Leader dengan bawahannya.

Bayangkan adegan ini, tiba-tiba salah satu bawahan menemui Leadernya (pemimpin) dan mengungkapkan kekecewaannya. Dengan penuh emosi, karyawan tersebut mengeluhkan rekan kerjanya dan perseteruan yang sedang ia hadapi. Ia minta pemimpin tersebut untuk segera mengambil tindakan.

Wajar jika di kantor terjadi konflik. Bekerja di lingkungan yang kadang penuh persaingan, dengan berbagai karakter dan latar belakang yang berbeda, membuat perbedaan pendapat, perselisihan dan ketidakpuasan sangat mungkin terjadi Jika sebuah konflik mengganggu kinerja karyawan dan tim, maka seorang pemimpin lah yang diharapkan bisa mengatasi konflik tersebut. Dan ingatlah, cara pemimpin mengatasi konflik tersebut akan mempengaruhi kepemimpinnya di mata karyawan.

Berikut adalah langkah yang dapat diambil untuk mengatasi konflik antar karyawan.
1. Dengarkan kedua belah pihak.
Untuk memberikan solusi yang tepat, pemimpin harus tahu persoalan dari berbagai sisi. Dengarkan versi masalah dari tiap karyawan yang terlibat. Membiarkan mereka mengeluarkan pendapat dan perasaan, membantu menenangkan mereka agar lebih siap untuk berkompromi dan negosiasi.
2. Tunjukkan empati kepada kedua belah pihak.
Tunjukkan bahwa pemimipin mengerti situasi yang sedang terjadi. Hal ini tidak berarti harus setuju dengan pendapat karyawan, tapi harus mengerti maslah duduk persoalan.
3. Fokus pada masalah, bukan pada pribadi yang bermasalah.
Ingatkan dan jaga agar mereka tetap fokus pada masalah yang sedang dihadapi pada saat ini, tanpa mengaitkan masalah dengan hal-hal yang tidak relevan. Hal ini juga berlaku untuk seorang pemimpin.
4. Tanyakan pendapat mereka.
Tanyakan apa menurut mereka yang diperlukan untuk memecahkan masalah. Apakah mereka bersedia untuk mendiskusikan masalah mereka? Apakah mereka bersedia untuk melihat permasalahan dari sudut pandang orang lain? Apa solusi yang diusulkan dari masing-masing pihak?
5. Be a good sheperd.
Tuntun tiap pihak untuk mendapatkan consensus akan konflik mereka. Yakinkan mereka bahwa negosiasi dan kompromi adalah hal yang harus dilakukan untuk mendapatkan win-win solution.
6. Buat keputusan.
Setelah solusi didapat, buatlah keputusan yang jelas dan tegas, lalu tetap monitor situasi dan perkembangan pasca konflik.

Seperti yang telah disebutkan di awal, konflik di kantor adalah hal yang wajar. Namun, sangat penting untuk mengatasinya dengan efektif karena konflik bisa berdampak bagi kinerja tim secara keseluruhan. Konflik berkepanjangan bisa berdampak negatif bagi hubungan antar karyawan dan suasana kerja.

Jika dilihat dari sudut pandang etika bisnis, konflik tersebut jelas akan sangat merugikan perusahaan, karena jika konflik tersebut tidak dapat segera diselesaikan maka akan berdampak negatif bagi hubungan antar karyawan, dan suasana kerja pun menjadi kurang kondusif, sehingga berdampak buruk bagi kinerja karyawan, selain itu produktifitas karyawan pun akan semakin menurun, dan para karyawan pun akan semakin mudah mengalami tekanan. Kondisi ini jelas akan sangat merugikan perusahaan, karena jika kondisi tersebut terus berkelanjutan bukan tersebut perusahaan tersebut akan hancur



Referensi :
http://f1d3ly4.wordpress.com/2009/01/15/leaders-atasi-konflik-karyawan-anda-dengan-bijaksana/
http://ronawajah.wordpress.com/2007/06/07/konflik-dalam-perusahaan/

Selasa, 23 November 2010

CSR dan TBL

CSR berakar dari etika dan prinsip-prinsip yang berlaku di Perusahaan dan dimasyarakat. Etika yang dianut merupakan bagian dari budaya (corporate culture); dan etika yang dianut masyarakat merupakan bagian dari budaya masyarakat. Prisnsip-prinsip atau azas yang berlaku di masyarakat juga termasuk berbagai peraturan dan regulasi pemerintah sebagai bagian dari sistem ketatanegaraan.
Menurut Jones (2001) seseorang atau lembaga dapat dinilai membuat keputusan atau bertindak etis bila:

1. Keputusan atau tindakan dilakukan berdasarkan nilai atau standar yang diterima dan berlaku pada lingkungan organisasi yang bersangkutan.
2. Bersedia mengkomunikasikan keputusan tersebut kepada seluruh pihak yang terkait.
3. Yakin orang lain akan setuju dengan keputusan tersebut atau keputusan tersebut mungkin diterima dengan alasan etis.
    Suatu perusahaan seharusnya tidak hanya mengeruk keuntungan sebanyak mungkin, tetapi juga mempunyai etika dalam bertindak menggunakan sumberdaya manusia dan lingkungan guna turut mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Pengukuran kinerja yang semata dicermati dari komponen keuangan dan keuntungan (finance) tidak akan mampu membesarkan dan melestarikan , karena seringkali berhadapan dengan konflik pekerja, konflik dengan masyarakat sekitar dan semakin jauh dari prinsip pengelolaan lingkungan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan.

    Sebagai sebuah inovasi sosial baru dalam kehidupan bersama antara perusahaan dengan masyarakat, pemahaman tentang CSR oleh masyarakat perlu ditingkatkan, termasuk masyarakat kampus. Bagaimana masyarakat kampus akan memberikan inovasi dan berkontribusi bagi implementasi CSR untuk mengatasi kemiskinan dan meningkatkan kualitas SDM bila masyarakat kampus belum memiliki pemahaman yang memadai tentang CSR dan persoalan-persoalan yang dihadapi dalam implementasi CSR. Pada hal CSR memiliki potensi besar bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan secara akademik akan berkembang menjadi sebuah trans-disiplin yang menggabungkan antara aspek-aspek ilmiah dengan aspek-aspek praktis di masyarakat. 

    John Elkington (1997) sebagai seorang akademisi, merumuskan Triple Bottom Line (TBL) atau tiga faktor utama operasi perusahaan dalam kaitannya dengan lingkungan dan manusia, yaitu :
    1) Faktor manusia dan masyarakat (people)
    2) Faktor ekonomi dan keuntungan (profit),
    3) Faktor lingkungan (Planet). 

    Ketiga faktor ini juga terkenal dengan sebutan triple-P (3P) yaitu people, profit and planet. Ketiga faktor ini berkaitan satu sama lain. Masyarakat tergantung pada ekonomi; ekonomi dan keuntungan perusahaan tergantung pada masyarakat dan lingkungan, bahkan ekosistem global. Ketiga komponen TBL ini bersifat dinamis tergantung kondisi dan tekanan sosial, politik, ekonomi dan lingkungan, serta kemungkinan konflik kepentingan.

    TBL digunakan sebagai kerangka atau formula untuk mengukur dan menlaporkan kinerja perusahaan mencakup parameter-parameter ekonomi, sosial dan lingkungan dengan memperhatikan kebutuhan stakeholdes (konsumen, pekerja, mitra bisnis, pemerintah, masyarakat lokal dan masyarakata luas) dan shareholders, guna meminimalkan gangguan atau kerusakan pada manusia dan lingkungan dari berbagai aktifitas perusahaan. 

    TBL bukan skedar laporan kinerja tetapi juga sebagai suatu pendekatan untuk memperbaiki pengambilan keputusan tentang kebijakan dan program ke arah yang lebih baik dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, lingkungan dan masyarakat sekaligus. Penerapan konsep TBL ini berkembang pesat oleh – di Amerika, Kanada, Eropa dan Australia. Berbagai di Indonesia juga mulai menerapkannnya. 

    Prinsip TBL secara legal sudah lama dianut pemerintah Indonesia, sejak negara Indonesia berdiri, seperti tercantum dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945: “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan diperuntukkan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya merupakan komponen planet atau lingkungan dari konsep TBL. Kemakmuran merupakan komponen profit atau ekonomi dari konsep TBL. Rakyat merupakan komponen people atau masyarakat dari konsel TBL. Hal ini berarti pengelolaan sumberdaya alam Indonesia seharusnya ditujukan untuk peningkatan kualitas manusia dan lingkungannnya (kemakmuran rakyat)

    Berdasarkan konsep TBL tersebut seharusnya konsep dan implementasi CSR mencakup aspek ekonomi, lingkungan dan sosial dalam peningkatan kualitas hidup pekerja beserta keluarganya serta masyarakat, termasuk konsumen. Dalam perjalanannya, implementasi CSR kadangkala mengalami pembiasan dari nilai-nilai CSR yang “asli”. Pembiasan itu tampak manakala perusahaan hanya melakaukan kegiatan bantuan atau charity atau “pemadam konflik sementara“ kepada masyarakat yang kemudian dianggap sebagai program CSR. Pada hal CSR ideal tidak sekedar sebagai program bantuan untuk menghindari tekanan dari pihak lain, misalnya tekanan masyarakat ataupun sebagai alat kehumasan untuk membentuk citra baik, melainkan merupakan kegiatan pemberdayaan yang berkesinambungan ke arah yang lebih baik. 

    CSR yang dilakukan oleh – di Indonesia akan berbeda satu sama lain tergantung pada konteks masalah yang dihadapi masyarakat. Perbedaan konteks ini juga akan berimplikasi kepada perbedaan strategi pendekatan yang dilakukan oleh masing-masing. Keberadaan CSR di suatu daerah juga tidak pernah terlepas dari sistem kemitraan kelembagaan yang ada di sekitarnya. Pemerintah, lembaga adat, LSM, dan lembaga sosial masyarakat lainnya juga turut memberikan warna terhadap kegiatan CSR. Keberadaan stakeholder ini bisa hadir sebagai penunjang keberhasilan CSR ataupun sebaliknya, jika proses sinergi di antara para pelaku tersebut tidak dilakukan. (Oleh: Prof. Dr. Hardinsyah, MS)


    Referensi :
    http://fema.ipb.ac.id/index.php/lingkungan-masyarakat-dan-tanggung-jawab-sosial-perusahaan-csr/

    Senin, 22 November 2010

    Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)

    Sejarah Singkat CSR

    Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan. Intinya, CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, tetapi untuk pembangunan sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga, dan berkelanjutan.
    Dalam konteks global, istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970-an dan semakin populer terutama setelah kehadiran buku Cannibals with Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business (1998) karya John Elkington. Mengembangkan tiga komponen penting sustainable development, yakni economic growth, environmental protection, dan social equity yang digagas the World Commission on Environment and Development (WCED) dalam Brundtland Report (1987), Elkington mengemas CSR ke dalam tiga fokus: 3P (profit, planet, dan people). Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit), tetapi memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people).
    Di Indonesia, istilah CSR semakin populer digunakan sejak tahun 1990-an. Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA (corporate social activity) atau aktivitas sosial perusahaan. Walaupun tidak menamainya sebagai CSR, secara faktual aksinya mendekati konsep CSR yang merepresentasikan bentuk “peran serta” dan “kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan.

    Bias-bias CSR

    Berdasarkan pengamatan terhadap praktik CSR selama ini, tidak semua perusahaan mampu menjalankan CSR sesuai filosofi dan konsep CSR yang sejati. Tidak sedikit perusahaan yang terjebak oleh bias-bias CSR berikut ini.

    1. Kamuflase. CSR yang dilakukan perusahaan tidak didasari oleh komitmen genuine, tetapi hanya untuk menutupi praktik bisnis yang memunculkan ethical questions.
    2. Generik. Program CSR terlalu umum dan kurang fokus karena dikembangkan berdasarkan template atau program CSR yang telah dilakukan pihak lain
    3. Directive. Kebijakan dan program CSR dirumuskan secara top-down dan hanya berdasarkan misi dan kepentingan perusahaan (shareholders) semata. Program CSR tidak partisipatif sesuai prinsip stakeholders engagement yang benar.
    4. Lip service. CSR tidak menjadi bagian dari strategi dan kebijakan perusahaan. Biasanya, program CSR tidak didahului oleh needs assessment dan hanya diberikan berdasarkan belas kasihan (karitatif).
    5. Kiss and run. Program CSR bersifat ad hoc dan tidak berkelanjutan. Masyarakat diberi “ciuman” berupa barang, pelayanan atau pelatihan, lantas ditinggalkan begitu saja. Program yang dikembangkan umumnya bersifat myopic, berjangka pendek, dan tidak memerhatikan makna pemberdayaan dan investasi sosial.

    CSR yang baik

    CSR yang baik (good CSR) memadukan empat prinsip good corporate governance, yakni :
    •  Fairness
    • Transparency
    • Accountability
    • Responsibility

    Ada perbedaan mendasar di antara keempat prinsip tersebut (Supomo, 2004). Tiga prinsip pertama cenderung bersifat shareholders-driven karena lebih memerhatikan kepentingan pemegang saham perusahaan. Sebagai contoh, fairness bisa berupa perlakuan yang adil terhadap pemegang saham minoritas; transparency menunjuk pada penyajian laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu; sedangkan accountability diwujudkan dalam bentuk fungsi dan kewenangan RUPS, komisaris, dan direksi yang harus dipertanggung jawabkan.
    Sementara itu, prinsip responsibility lebih mencerminkan stakeholders-driven karena lebih mengutamakan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan. Stakeholders perusahaan bisa mencakup karyawan beserta keluarganya, pelanggan, pemasok, komunitas setempat, dan masyarakat luas, termasuk pemerintah selaku regulator. Namun demikian, prinsip good corporate governance jangan diartikan secara sempit. Artinya, tidak sekadar mengedepankan kredo beneficience (do good principle), melainkan pula nonmaleficience (do no-harm principle) (Nugroho, 2006).
    Perusahaan yang sudah menerapkan CSR
    Hasil merger bagi Bank CIMB Niaga yang langsung dapat dirasakan adalah semakin dikenalnya Bank CIMB Niaga di tengah kehidupan masyarakat luas. Dengan keberadaannya yang kini semakin diketahui oleh masyarakat luas, maka komitmen Bank terhadap kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) juga semakin dalam dan dengan cakupan yang lebih luas.
    Oleh karena itu, di tahun 2009 Bank CIMB Niaga terus menambah rangkaian program sosial dan bantuannya kepada masyarakat. Fokus utama dari inisiatif-inisiatif ini tetap pada pendidikan. Bank CIMB Niaga sangat berkeyakinan bahwa meningkatkan kualitas pendidikan di seluruh tingkatan, dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi, adalah kunci untuk mewujudkan seluruh potensi yang ada pada bangsa Indonesia.
    Secara bersamaan, Bank CIMB Niaga tetap memberikan dukungan bagi kelompok masyarakat yang kurang beruntung dalam hal kesehatan, infrastruktur dasar dan kesejahteraan sosial. Bank CIMB
    Niaga bersama mitra strategisnya juga memberikan bantuan yang dibutuhkan terutama bagi anggota masyarakat yang menderita akibat bencana alam.
    Seluruh kegiatan CSR yang mendapat dukungan penuh dari Bank CIMB Niaga dijelaskan pada bagian berikut ini.

    1. Kegiatan CSR di bidang pendidikan yang menjadi program utama Bank CIMB Niaga adalah Program Beasiswa. Program beasiswa diberikan kepada pelajar dari seluruh Indonesia yang memiliki prestasi gemilang di bidang akademis dan non akademis baik tingkat nasional maupun internasional, namun kurang beruntung dari sisi finansial.
    Program Beasiswa yang dilaksanakan meliputi :
    • Tingkat S1 adalah Beasiswa CIMB Niaga (Luar Negeri) dan Beasiswa Unggulan CIMB Niaga (Dalam Negeri)
    • Tingkat S2 adalah Beasiswa CIMB Niaga FEUI (Dalam Negeri) dan Beasiswa Khazanah Asia (Luar Negeri)
    • Tingkat S3 adalah Beasiswa CIMB Niaga FEUI (Dalam Negeri)

    Program Beasiswa CIMB Niaga untuk S1 (Luar Negeri)
    Salah satu kolaborasi program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilaksanakan Bank CIMB Niaga dengan CIMB Group yang merupakan mayoritas pemegang saham Bank CIMB Niaga di Malaysia adalah program beasiswa yang telah dilaksanakan sejak tahun 2008. Beasiswa diberikan bagi pelajar Indonesia yang berprestasi namun kurang beruntung dari sisi finansial untuk melanjutkan pendidikan S1 di Malaysia
    Program Beasiswa CIMB Niaga FEUI untuk S2 dan S3
    Program Beasiswa Bank CIMB Niaga FEUI merupakan kerjasama program beasiswa antara Bank CIMB Niaga dengan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) yang diberikan kepada karyawan Bank CIMB Niaga untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat S2 dan S3. Tahun 2009 penerima beasiswa untuk tingkat S2 adalah 6 orang dan S3 1 orang
    Program Beasiswa Khazanah Asia untuk S2
    Kerjasama program Corporate Social Responsibility (CSR) lainnya yang dilaksanakan Bank CIMB Niaga adalah dengan Khazanah Nasional Berhad melalui Yayasan Khazanah adalah Program Beasiswa Khazanah Asia. Beasiswa diberikan bagi warga negara Indonesia yang berprestasi untuk melanjutkan pendidikan S2 di Universitas di Malaysia. Untuk angkatan pertama di tahun 2009 ini, pemberian beasiswa diberikan kepada 1 orang untuk melanjutkan studinya dalam program Studi MBA di Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM)

    2. Pentingnya pendidikan bagi pemangku kepentingan yang terkait dengan penggunaan produk dan jasa perbankan juga menjadi perhatian yang sangat besar bagi Bank CIMB Niaga.
    Kegiatan edukasi masyarakat di bidang perbankan dilaksanakan dalam bentuk: Information Sharing, Customer Gathering, Kunjungan ke Bank, kunjungan ke sekolah, dan kegiatankomunikasi

    3. Infrastruktur pendidikan yang dibangun oleh Bank CIMB Niaga juga dilaksanakan dalam berbagai kegiatan seperti penyediaan buku-buku dan media baca, serta media kepada para pelajar untuk pengembangan diri melalui kegiatan menulis dan kepemimpinan bekerjasama dengan UNICEF

    4. Kegiatan pengembangan masyarakat dilaksanakan Bank CIMB Niaga tidak hanya di lingkungan tempat Bank CIMB Niaga beroperasi namun juga di lingkungan akademis. Bank CIMB Niaga melaksanakan kegiatan ini bekerjasama dengan CIMB Group

    5. Kegiatan CSR Bank CIMB Niaga tidak hanya prioritas di bidang pendidikan, namun juga dilaksanakan pada berbagai bidang seperti bidang kesehatan, keagamaan, serta ekonomi dan sosial.

    6. Bencana alam yang terjadi di Indonesia juga menjadi bagian dari perhatian Bank CIMB Niaga dalam kegiatan CSR-nya. Kegiatan yang dilaksanakan melibatkan berbagai pihak yaitu korporasi, group, karyawan, nasabah, Pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, akademisi, masyarakat, dan lain-lain baik dalam penyaluran dana bantuan maupun program sukarelawan.


    Referensi :
    http://id.wikipedia.org/wiki/Tanggung_jawab_sosial_perusahaan
    http://www.cimbniaga.com/docupl/2009AnnualReport-CSR.pdf
    http://www.tekmira.esdm.go.id/currentissues/?p=303

    Selasa, 02 November 2010

    Analisis Iklan Im3


    Jaringan telekomunikasi sekarang sudah banyak digunakan dalam kehidupan masyarakat modern. Seiring perkembangan jaman masyarakat sudah mulai menganggap handphone atau telepon genggam menjadi kebutuhan pokok lagi, karena dengan handphone atau telepon seluler mamusia bisa dengan mudah berkomunikasi, dan bisa kapan saja menghubungi orang terdekatnya. Seiring dengan digunakannya telepon seluler sehari-hari juga, banyak juga perusahaan-perusahaan yang menyediakan jasa atau sarana komunikasi atau yang biasanya kita sebut dengan perdana.

    Para perusahaan komunikasi berlomba-lomba memasang tarif murah atau tarif promosi dengan tujuan untuk memikat para konsumen agar menggunakan produk perusahaan telekomunikasi. Tawaran yang ditawarkan biasanya berupa bonus-bonus pulsa ataupun bonus sms. Akhir-akhir ini yang paling terbaru adalah perusahaan jasa telekomunikasi menawarkan tawaran terbarunya yaitu pulsa internet, kegunaan dari pulsa ini adalah untuk browsing melalui telepon seluler yang sudah memiliki GPRS. Misalnya untuk browsing Friendster, Facebook, Yahoo! Messenger, I-go, opera mini, maupun mig33. Akhir-akhir ini yang menjadi sorotan public adalah iklan milik perusahaan jasa telekomunikasi milik Indosat, yaitu iklan Im3 internet Rp. 1 per kb. Di dalam iklan ini banyak sekali simbol-simbol dan warna-warni yang ada dalam iklan indosat, tidak itu saja simbol-simbol juga digunakan dalam iklan ini, misalnya di dalam iklan ini ada seorang pria yang sedang liburan di pantai dan sedang berjemur sambil chatting dengan pulsa internet milik im3, kemudian di gambar tersebut ada ilustrasi bahwa cowok tersebut sedang browsing dengan i-go, opera mini, mig33, dan facebook. Karena diatas kepala cowok tersebut ada simbol atau pertanda dan petanda aplikasi browsing tersebut.
    Im3 Internet Rp. 1 per kb

    Dalam iklan im3 internet ini banyak sekali tanda-tanda atau simbol yang terdapat didalamnya, iklan ini bercerita bahwa kini pengguna Mentari dan IM3 dapat ber-internet ria lebih leluasa dengan Voucher Internet, voucher khusus dari Indosat yang pulsanya hanya bisa digunakan untuk akses internet/data. Voucher Internet Indosat ini adalah voucher internet pertama yang pernah ada di indonesia. Dengan Voucher Internet, surfing, browsing, downloading, uploading, e-mail, sampai chatting jadi lebih murah dan menyenangkan, cuma Rp 10/30 detik dengan kecepatan sampai dengan 256 Kbps!
    Saat ini Voucher Internet tersedia di outlet-outlet dalam bentuk elektronik dengan denominasi Rp 5.000 dan dapat digunakan untuk akses selama 250 menit/4 jam 10menit. Masa aktif pulsa 5 hari. Objek dalam iklan tersebut adalah simbol Indosat karena produk dari iklan ini adalah menawarkan kemudahan untuk browsing kemana saja dan kapan saja maka di dalam iklan ini terdapat banyak komponen-komponen yang diwakili oleh tanda, seorang cowok sedang memainkan handphone nya dengan browsing dengan beberapa aplikasi di pantai saat liburan. Cowok tersebut menggnakan aplikasi browsing seperti dalam gambar iklan, I-go, opera mini, mig33, dan yang terakhir adalah facebook. Dari keseluruhan tanda tersebut meskipun tidak disebutkan kegunaan dan nama dari aplikasi browsing tersebut kita akan bisa membacanya dan mengetahuinya, karena itu adalah merupakan sebuah tanda yang tidak akan ada yang pernah menyamainya dan tanda tersebut sudah menjadi hak paten.

    Senin, 11 Oktober 2010

    Budaya Kerja Perusahaan NetApp (Perusahaan Terbaik untuk Bekerja Tahun 2009 Versi Majalah Fortune)


    NetApp adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang teknologi informasi, perusahaan ini didirikan pada tahun 1992. pada tahun 2009 perusahaan ini berhasil memuncaki daftar pertama dalam 100 Best Companies to Work For versi Majalah Fortune, menyingkirkan Google yang pada tahun sebelumnya ada pada peringkat pertama. Dengan jumlah karyawan FullTime (FTE) 5300, NetApp mampu membukukan revenue lebih dari 3 milyar USD (sekitar 30 trilyun). Perhatian pada lingkungan dan budaya kerja yang unggul membantu NetApp berada di peringkat teratas daftar 100 perusahaan tempat kerja terbaik tahun 2009.

    Komunikasi yang selaras. Kemampuan untuk berkomunikasi yang efektif adalah salah satu kunci keberhasilan NetApp. Setiap karyawan mendapatkan informasi secara baik mengenai perubahan maupun proyeksi secara periodik dari para manajer senior. Kit komunikasi berupa “Komunikasi efektif selama masa sulit” dikembangkan untuk menjadi sumber bagi para leader dan manajer. Dengan kit komunikasi ini, sebagai sumber untuk menjawab pertanyaan karyawan atau stakeholder, bagaimana melibatkan karyawan pada masa sulit dan merespons bersama untuk menghasilkan keputusan terbaik. Tujuannya agar karyawan merasa dilibatkan, didukung dalam memperoleh performa terbaik, serta mendapatkan pengertian dalam berbagai situasi bisnis.
    Kesederhanaan dan Kepercayaan. Ditiadakannya birokrasi berlebihan menyebabkan informasi mengalir lancar, input dan feedback diperoleh secara efektif, kesempatan inovasi, serta keputusan dapat diambil pada waktu tepat. Salah satu karyawan NetApp mengatakannya sebagai berikut : “ Hal yang paling mengesankan di sini adalah budaya pintu terbuka. Saya dapat dengan mudah menghubungi engineer dengan problem teknis, atau staff pemasaran produk dengan membawa ide baru serta siapapun di manajemen dengan segala pertanyaan. Perusahaan ini telah menghindari politik dan menghilangkan imperium kekuasaan serta memperkuat lingkungan kerja dimana kerjasama sangat diharapkan dan dihargai”. Hal yang sangat impresif bukan, jika karyawan anda mengatakan hal ini di luar?
    Merekrut dan menghargai yang terbaik. Untuk mendukung kontribusi karyawan, berbagai program dijalankan antara lain SHARE program, program insentif bagi karyawan yang berbagi pengetahuan (knowledge-sharing), TCE program, sebuah pengakuan perusahaan bagi karyawan atau tim kerja yang membuat perbedaan dan memberi pengaruh positif di hadapan customer perusahaan, serta NetApp patent program, sebuah insentif bagi karyawan pemegang paten senilai antara 5000 USD s/d 15000 USD. Selama tahun 2008, lebih dari 1 juta USD telah diberikan kepada 534 karyawan melalui patent reward program.
    Kesempatan untuk belajar. Sepanjang tahun 2008, lebih dari 26000 jam pelatihan diberikan.Setiap karyawan mesti melakukan inisiatif, melakukan self-assessment, mencari pelatih dan mentor, dan aktif mendaftarkan dalam berbagai program pelatihan. Komentar karyawan netApp : “ ..saya sebenarnya hanya seorang administrative assistant, tetapi manajer saya mendorong saya untuk selalu mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan untuk apa yang akan saya kerjakan dimasa depan. Saya pernah dikirim ke Virginia untuk mempelajari suatu platform website/produk software bersama tim lainnya sehingga kami dapat meningkatkan kualitas website internal kami. Ini benar-benar suatu kesempatan berharga dalam mempelajari hal yang baru, dan saya punya kesempatan untuk mengembangkan sayap kecil saya serta memimpin suatu tim..wow”
    Menghormati kontribusi karyawan. Mengenai kontribusi karyawan, gambaran dari karyawan netApp sangat merefleksikan apa kontribusi itu sebenarnya : “..Atmosfir kerja begitu positif, kreatif dan mendorong orang untuk bekerja lebih. Tak satupun yang memperhatikan saya harus di meja kerja atau memberi wajah aneh ketika saya pulang tepat waktu. Yang penting adalah tentang kinerja, dan pencapaian sasaran. Saya bangga bekerja disini”
    Melihat kenyataan diatas, tak heran bila NetApp menjadi perusahaan terbaik sebagai tempat bekerja di tahun 2009, karena perusahaan ini memiliki lingkungan dan bekerja yang sangat mendukung, sehingga karyawannya bisa memberikan kontribusi yang optimal. Oleh karena itu tidak ada salahnya bila perusahaan-perusahaan di Indonesia menerapkan konsep budaya bekerja seperti yang dimiliki oleh NetApp, karena budaya kerja yang mereka terapkan sangat baik, dan pantas untuk dicontoh

    Referensi :
    http://ilmusdm.wordpress.com/2009/08/24/belajar-dari-perusahaan-tempat-kerja-terbaik-2009/
    http://www.managementfile.com/column.php?sub=hr&id=1122&page=hr

    Senin, 04 Oktober 2010

    Adat Istiadat Sunda (Upacara Adat Perkawinan)




    Suku Sunda merupakan suku yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Suku Sunda adalah salah satu suku yang memiliki berbagai macam Adat istiadat. Sampai saat ini suku Sunda masih memelihara dan menghormati Adat istiadat yang diwariskan leluhurnya. Salah satunya adalah Adat istiadat dalam upacara perkawinan.

    Upacara perkawinan dapat dilaksanakan apabila telah memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah digariskan dalam agama Islam, dan adat ketentuan tersebut adalah :
    * Adanya keinginan dari kedua calon mempelai tanpa ada paksaan
    * Harus ada wali nikah, yaitu ayah dari calon mempelai perempuan atau wakilnya yang sah
    * Ada ijab Kabul, saksi, dan, mas kawin
    * Akad nikah dipimpin seorang Penghulu atau Naib, yaitu pejabat Kantor Urusan Agama.

    Sehari sebelum acara perkawinan dimulai, dilakukan terlebih dahulu acara siraman terhadap kedua calon mempelai (secara terpisah) oleh kedua orang tua calon mempelai. Acara ini meliputi kegiatan; mandi kembang, berjalan diatas tujuh helai kain samping dan pengajian sebagai ugkapan permohonan keselamatan. Acara siraman ini dimaksudkan sebagai tanda kasih sayang orang tua yang terakhir khususnya dalam memandikannya karena setelah berkeluarga diserahkan kepada masing-masing. Acara sebelum hari pokok ini hampir sama untuk setiap daerahnya, baik acara Penganten jawa atau bahkan Sumatera.

    Upacara akad nikah biasanya dilaksanakan di Mesjid atau dirumah mempelai wanita. Adapun pelaksanaannya adalah kedua mempelai duduk bersanding diapit oleh orang tua kedua mempelai, mereka duduk berhadapan dengan penghulu yang di kanan kirinya didampingi oleh 2 orang saksi dan para undangan duduk berkeliling. Yang mengawinkan harus wali dari mempelai perempuan atau mewakilkan kepada penghulu. Kalimat menikahkan dari penghulu disebut ijab, sedang sambutan dari mempelai pria disebut qobul (kabul). Setelah dilakukan ijab-qobul dengan baik selanjutnya mempelai pria membacakan talek, yang bermakna ‘janji’ dan menandatangani surat nikah. Upacara diakhiri dengan penyerahan mas kawin dari mempelai pria kepada mempelai wanita.

    Setelah akad nikah selesai dilaksanakan, bagian-bagian acara adat yang biasa dilaksanakan meliputi; nincak endog (menginjak telur) yang maksudnya adalah bahwa si mempelai penganten itu akan memulai malam pertamanya dengan indah. Ketika melaksanakan malam pertama itu, si penganten harus benar-benar hati-hati dan tidak “grasa-grusu”, sehingga nantinya menghasilkan yang baik. Nincak elekan (menginjak semacam bamboo yang biasa dibuat suling) maksudnya hamper sama. Hanya saja ini disimbolkan kepada “wanita”, sedangkan telor, lebih disimbolkan kepada laki-laki.

    Selanjutnya, Meuleum Harupat (membakar segenggam yang berisi tujuh buah potongan lidi), maksudnya adalah membuang atau membakar sifat-sifat jelek yang ada pada diri manusia, seperti : iri, dengki, mudah tersinggung, pemarah, kikir, tamak dan sombong. Kemudian, Meupeuskeun kendi (memecahkan kendi), yang maknanya sama dengan akan melepasnya masa bujang dan gadis pada malam pertama.

    Setelah itu acara sawer, yaitu melemparkan barang-barang seperti, beras kuning, permen, dan uang recehan seraya dibarengi lagu-lagu yang berisi pepatah bagi pengantin. Beras kuning, permen dan uang recehan adalah symbol keduniaan yang harus dicari oleh khususnya pihak laki-laki dan dipelihara oleh pihak wanita (istri).

    Setelah sawer kemudian dilakukan acara buka panto (buka pintu) yang dimaksudkan pembelajaran kepada pengantin dalam hal tata krama di rumah antara suami dan isteri.

    Akhir dari acara adat pengantin sunda adalah acara “huap lingkung” yang berisi saling menyuapi dengan air minum, nasi kuning dan pabetot-betot bakakak (saling menarik ayam panggang) bagi yang dapat bagian terbesar dari ayam tersebut adalah pertanda akan mendapat rezeki yang banyak (jikalau diusahakan dengan baik). Pada acara huap lingkung inipun, dilakukan huap deudeuh dan huap geugeut yang artinya saling memberi sebagai tanda kasih sayang.

    Setelah hal-hal diatas selesai dilakukan, barulah acara hiburan seperti, organ tunggal, jaipongan, dangdutan, wayang golek, dan lainnya mulai digelar. Hiburan tersebut biasanya dilakukan sambil mengiringi para tamu undangan menyantap makanannya. Acara hiburan tersebut mungkin adalah acara yang paling ditunggu oleh para hadirin dan masyarakat sekitarnya yang memang sengaja datang untuk menyaksikan acara hiburan tersebut.

    Akan tetapi, tidak semua acara perkawinan di suku Sunda dilakukan secara adat, Pernikahan adat Sunda saat ini sudah lebih disederhanakan, sebagai akibat percampuran dengan ketentuan syariat Islam dan nilai-nilai kesederhanaan, atau bagi mereka yang keadaan eknominya kurang memadai pasti tidak akan melakukan adat pernikahan yang bertele-tele seperti diatas, karena jika kita lihat dari proses yang dilakukan dari sebelum dimulainya akad nikah sampai setelah akad nikah, mungkin tidak memerlukan biaya yang sedikit. Selain itu perlu diketahui juga bahwa acara adat tersebut bukan merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap masyarakat suku Sunda, karena acara adat tersebut hanya sekedar acara tambahan dan hiburan.

    Referensi :
    http://nanpunya.wordpress.com/2009/02/25/upacara-adat-sunda/
    http://oerangtasik.byethost3.com/?p=36

    Senin, 14 Juni 2010

    PROPOSAL PENELITIAN

    Proposal atau usulan penelitian diperlukan untuk mengawali suatu kegiatan penelitian. Propsoal tersebut perlu dikaji atau dievaluasi oleh pembimbing penelitian atau evaluator dari pihak sponsor pemberi dana. Untuk memperlancar evaluasi atau kajian, proposal perlu mengikuti format tertentu dalam hal susunan isi, pengetikan, dan pengesahan (yang diminta oleh pembimbing atau evaluator). Dalam bab ini hanya format susunan isi yang dibahas, sedangkan untuk format pengetikan dan pengesahan silahkan mengacu pada pedoman yang berlaku.
    Untuk membahas format susunan isi proposal penelitian, pertama dibahas unsure unsure proposal beserta keterkaitan antar unsur tersebut. Bahasan selanjutnya menyangkut tiap unsur, tetapi dibahas secara singkat dan dalam keterkaitannya dengan unsur –unsur lainnya. Bahasan yang lebih panjang lebar dan terfokus hanya pada unsur-unsur—yang dianggap terpenting—diberikan pada bab-bab tersendiri.

    Unsur-unsur Isi Proposal dan Keterkaitannya

    Secara umum, isi proposal penelitian meliputi.unsur-unsur sebagai berikut (menurut
    pedoman penulisan tesis yang dikeluarkan oleh Program Pascasacrajan UGM, 1997):
    1) Judul
    2) Latar belakang & perumusan permasalahan (& keaslian penelitian, dan faedah yang dapat diharapkan)
    3) Tujuan dan Lingkup penelitian
    4) Tinjauan Pustaka
    5) Landasan Teori
    6) Hipotesis
    7) Cara penelitian
    8) Jadwal penelitian
    9) Daftar Pustaka
    10) Lampiran

    Keterkaitan antar unsur tersebut terlihat seperti pada gambar di bawah ini:
    unsur-unsur proposal, yaitu: (a) rumusan permasalahan, (b) tinjauan pustaka, dan (c) cara penelitian. Rumusan masalah berfungsi mengarahkan fokus penelitian, sedangkan tinjauan pustaka merupakan dialog dengan khazanah ilmu pengetahuan, dan cara (metode) penelitian menjadi cetak biru (rancangan) untuk pelaksanaan penelitian. Karena ketiga unsure ini menjadi sentral dari isi proposal penelitian, maka bahasan dimulai dari ketiga unusr tersebut. Bahasan di bawah ini bersifat singkat, sedangkan bahasan yang lebih panjang lebar diberikan dalam bab-bab tersendiri.
    Judul, Latar belakang, dan Rumusan Permasalahan
    Bagian pertama atau awal sebuah proposal dimulai dengan (1) judul, disusul dengan
    (2) latar belakang, (3) rumusan masalah, (4) keaslian penelitian, dan (5) faedah atau manfaat penelitian.

    Judul proposal penelitian
    Judul merupakan gerbang pertama seseorang membaca sebuah proposal penelitian. karena merupakan gerbang pertama, maka judul proposal penelitian perlu dapat menarik minat orang lain untuk membaca. Judul perlu singkat tapi bermakna dan tentu saja harus jelas terkait dengan isinya. Judul karya ilmiah berbeda dengan judul novel atau semacamnya dalam hal kejelasan kaitannya dengan isi. Judul novel cenderung menarik minat pembaca dengan mencerminkan suatu “misteri” tentang isinya sehingga pembaca tergelitik ingin tahu isinya. Contoh judul novel: “Di Balik Kegelapan Malam”. Judul penelitian ilmiah biasanya tidak perlu dimulai dengan kata “Studi…”, “Penelitian…”, “Kajian..” dan sebagainya karena hal itu terlalu berlebihan. Demikian pula contohnya dalam dunia novel, tidak ada judul yang berbunyi “Novel tentang di balik kegelapan malam”. Judul sering berubah-ubah, makin singkat, dan makin tajam (sejalan dengan makin tajamnya rumusan permasalahan). Bila memang tidak dapat dipersingkat, meskipun tetap panjang, maka judul dapat dibuat bertingkat, yaitu judul utama, dan anak judul. Penghalusan atau perubahan judul juga perlu mempertimbangkan bahwa judul tersebut akan diakses (dicari) dengan komputer, sehingga pakailah kata atau istilah yang umum dalam bidang ilmunya.

    Latar belakang
    Dua pertanyaan perlu dijawab dalam rangka mengisi bagian latar belakang ini, yaitu: Mengapa kita memilih permasalahan ini? Apakah ada opini independen yang menunjang diperlukannya penelitian ini?
    Untuk menjawab pertanyaan “mengapa kita memilih permasalahan ini?”, maka langkah pertama, kita perlu memilih bidang keilmuan yang kita ingin lakukan penelitiannya. Pemilihan bidang tersebut diteruskan ke sub-bidang dan seterusnya hingga sampai pada topik tertentu yang kita minati. Langkah kedua, kita perlu melakukan kajian terhadap pustaka berkaitan .kemajuan terakhir ilmu pengetahuan dalam topik tersebut—untuk mencari peluang pengembangan atau pemantapan teori. Minar maupun peluang tersebut seringkali didorong oleh isu nyata dan aktual—yang muncul di jurnal ilmiah terbaru atau artikel koran bermutu atau pidato penting dan aktual, atau direkomendasikan oleh penelitian sebelumnya.. Ini semua merupakan opini independen yang menunjang diperlukannya penelitian yang diusulkan tersebut.

    Rumusan permasalahan
    Rumusan permasalahan perlu dituliskan secara singkat, jelas, mudah dipahami dan mudah dipertahankan. Rumusan yang tersamar terkandung dalam alinea tidak diharapkan karena memaksa pembaca untuk mencari sendiri dan menginterpretasikan sendiri bagianbagian dari alinea atau kalimat-kalaimat yang bersifat rumusan permasalahan. Tuliskanlah rumusan permasalahan sebagai kalimat terakhir dari bagian ini agar mudah dibaca (dan mudah dicari)—bahasan lebih panjang lebar tentang cara-cara merumuskan permasalahan termuat di bab tersendiri.

    Keaslian penelitian
    Dalam bagian ini, pada dasarnya, perlu kita tunjukkan (dengan dasar kajian pustaka) bahwa permasalahan yang akan kita teliti belum pernah diteliti sebelumnya. Tapi bila sudah pernah diteliti, maka perlu kita tunjukkan bahwa teori yang ada belum mantap dan perlu diuji kembali. Kondisi sebaliknya juga berlaku, yaitu bila permasalahan tersebut sudah pernah diteliti dan teori yang ada telah dianggap mantap, maka kita perlu mengganti permasalahan (dalam arti: mencari judul lain).

    Faedah yang diharapkan
    Dalam bagian ini perlu ditunjukkan manfaat atau faedah yang diharapkan dari penelitian ini untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan atau pembangunan negara. Manfaat bagi ilmu pengetahuan dapat berupa penemuan/pengembangan teori baru atau pemantapan teori yang telah ada. Bagi pembangunan negara, apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan langsung ke praktek nyata? atau bila tidak langsung, jalur atau batu-batu loncatannya apa saja?

    Tujuan dan Lingkup Penelitian
    Tujuan penelitian berkaitan dengan kedudukan permasalahan penelitian dalam khazanah ilmu pengetahuan (yang tercermin dalam tinjauan pustaka). Kedudukan permasalahan—dilihat dari pandangan tertentu—mempunyai lima macam kemungkinan, yaitu; ekplorasi (masih “meraba-raba”), deskripsi (menjelaskan lebih lanjut), eksplanasi (mengkonfirmasikan teori), prediksi (menjelaskan hubungan sebab-akibat), dan aksi (aplikasi ke tindakan). Pandangan yang lain (Castetter dan Heisler, 1984: 9) membedakan tujuan penelitian (purpose of study) menjadi sembilan, yaitu: 1) mengkaji (examine), mendeskripsikan (describe), atau menjelaskan (explain) suatu fenomena unik; 2) meluaskan generalisasi suatu temuan tertentu; 3) menguji validitas suatu teori; 4) menutup kesenjangan antar teori (penjelasan, explanasions) yang ada; 5) memberikan penjelasan terhadap bukti-bukti yang bertentangan; 6) memperbaiki metodologi yang keliru; 7) memperbaiki interpretasi yang keliru; mengatasi kesulitan dalam praktek; 9) memperbarui informasi, mengembangkan bukti longitudinal (dari masa ke masa). Seringkali untuk mencapai tujuan memerlukan waktu yang “terlalu” lama atau memerlukan tenaga yang “terlalu” besar. Agar penelitian dapat dikelola dengan baik, maka perlu dilakukan pembatasan terhadap pencapaian tujuan. Pembatasan tersebut dilakukan dengan membatasi lingkup penelitian. Pernyataan batasan lingkup ini juga berfungsi untuk lebih mempertajam rumusan permasalahan.

    Tinjauan Pustaka
    Tinjauan pustaka memuat uraian sistematis dan bersifat diskusi tentang hasil-hasil penelitian sebelumnya dan terkait serta ilmu pengetahuan mutakhir (berupa pustaka) yang terkait dengan permasalahan. Tinjauan pustaka berbeda dengan resensi pustaka. Resensi pustaka membahas pustaka satu demi satu, sedangkan tinjauan pustaka membahas pustaka-pustaka per topik (bukan per pustaka), dalam bentuk debat atau diskusi antar pustaka tentang suatu topik tertentu. Urutan topik diatur secara sitematis, dalam arti terdapat suatu kerangka yang jelas dalam merangkai topik-topik tersebut dalam suatu sistem.
    Menurut Castetter dan Heisler (1984), tinjauan pustaka berfungsi: 1) untuk mempelajari sejarah permasalahan penelitian (sehingga dapat ditunjukkan bahwa permasalahan tersebut belum pernah diteliti atau bila sudah pernah, teori yang ada belum mantap); 2) untuk membantu pemilihan cara penelitian (dengan belajar dari pengalaman penelitian sebelumnya); 3) untuk memahami kerangka atau latar belakang teoritis dari permasalahan yang diteliti (hasil pemahaman tersebut dituliskan tersendiri sebagai “Landasan Teori”); 4) untuk memahami kelebihan atau kekurangan studi-studi terdahulu (tidak semua penelitian menghasilkan temuan yang mantap); 5) untuk menghindarkan duplikasi yang tidak perlu (hasil fungsi ini dituliskan sebagai “Keaslian penelitian”); 6) untuk memberi penalaran atau alasan pemilihan permasalahan (hasil fungsi ini dituliskan sebagai “latar belakang”).
    Catatan: Pustaka-pustaka yang diacu dalam tinjauan pustaka harus termuat informasinya dalam “Daftar Pustaka”. Cara pengacuan secara konsisten perlu mengikuti corak (style) tertentu.yang dianjurkan dalam pedoman penulisan tesis atau proposal penelitian.

    Landasan Teori dan Hipotesis
    Seperti diterangkan di bagian “Tinjauan Pustaka”, landasan teori diangkat (disarikan) dari tinjauan pustaka tentang kerangka teori yang melatarbelakangi (menjadi landasan) bagi permasalahan yang diteliti. Landasan teori merupakan satu set teori yang dipilih oleh peneliti sebagai tuntunan untuk mengerjakan penelitian lebih lanjut dan juga termasuk untuk menulis hipotesis. Landasan teori dapat berbentuk uraian kualitatif, model matematis, atau persamaan-persamaan. Catatan: untuk beberapa macam penelitian (missal penelitian yang berbasis paradigma fenomenologi) tidak boleh atau tidak perlu mempunyai landasan teori dan hipotesis..
    Hipotesis memuat pernyataan singkat yang disimpulkan dari landasan teori atau tinjauan pustaka dan merupakan jawaban sementara (dugaan) terhadap permasalahan yang diteliti. Karena diangkat dari landasan teori, maka hipotesis merupakan “kesimpulan teoritik” (hasil perenungan teoritis) yang perlu diuji dengan kenyataan empirik. Hipotesis masih perlu diuji kebenarannya, maka isi hipotesis harus bersifat dapat diuji atau dapat dikonformasikan.
    Menurut Borg dan Gall (dalam Arikunto, 1998: 70), penulisan hipotesis perlu mengikuti persayaratan sebagai berikut:
    a) dirumuskan secara singkat tapi jelas;
    b) dengan nyata menunjukkan adanya hubungan antara dua variabel atau lebih;
    c) didukung oleh teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli atau peneliti yang terkait (tercantum dalam landasan teori atau tinjauan pustaka).

    Cara Penelitian dan Jadwal Penelitian
    Secara umum, dalam cara penelitian perlu dijelaskan:
    1) ragam penelitian yang dianut (Amirin, 1986: 89, menyebutkannya sebagai “corak”
    1) penelitian)—lihat bab “Ragam Penelitian”;
    2) variabel-variabel yang diteliti;
    3) sumber data (tempat variabel berada; populasi dan sampelnya);
    4) instrumen atau alat yang dipakai dalam pengumpulan data/survei (termasuk antara lain: kuesioner);
    5) cara pengumpulan data atau survei;
    6) cara pengolahan dan analisis data.
    Butir ke 5 dan 6 di atas juga dicerminkan dalam bentuk jadwal penelitian. Jadwal penelitian menguraikan kegiatan dan waktu yang direncanakan dalam: (a) tahap-tahap penelitian, (b) rincian kegiatan pada setiap tahap, dan (c) waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tiap tahap. Jadwal dapat dipresentasikan dalam bentuk tabel/matriks atau uraian narasi.

    Daftar Pustaka dan Lampiran
    Daftar Pustaka memuat informasi pustaka-pustaka yang diacu dalam proposal penelitian. Kadangkala untuk menunjukkan bahwa peneliti membaca banyak pustaka, maka dalam daftar pustaka dituliskan juga pustaka-pustaka yang nyatanya tidak diacu dalam narasi proposal. Hal ini tidak dianjurkan untuk dilakukan, karena sudah umum bahwa peneliti tentu membaca banyak pustaka dalam rangka penelitiannya. Dalam daftar pustaka, biasanya, buku dan majalah tidak dipisahkan dalam daftar sendiri-sendiri. Untuk penulisan daftar pustaka terdapat banyak corak tata penulisan— ikutilah petunjuk yang berlaku dan terapkan corak tersebut secara konsisten.
    Lampiran dapat diisi dengan materi yang “kurang penting” dalam arti “boleh dibaca atau tidak dibaca”. Biasanya lampiran memuat antara lain: kuesioner dan daftar sumber data yang akan dikunjungi atau diambil datanya. Sebaiknya jumlah halaman lampiran tidak terlalu banyak agar tidak terasa lebih penting dibanding dengan isi utamanya.

    Hubungan antara Proposal dan Laporan Penelitian
    Penyusunan proposal sebenarnya merupakan kegiatan yang menerus, meskipun pada saat yang telah ditetapkan kita harus memasukkan proposal untuk dievaluasi. Proposal yang telah selesai dievaluasi dan diterima untuk dilaksanakan tetap harus dikembangkan penulisannya. Isi proposal akan menjadi bahan awal bagi penulisan laporan penelitian, yaitu terlihat pada tabel di bawah ini:



    Referensi :
    http://elqorni.wordpress.com/2009/06/27/unsur-unsur-proposal-penelitian/

    Senin, 19 April 2010

    PRA PENULISAN ILMIAH

    A. Hakikat Masalah
    Berisi masalah apa yang terjadi dan sekaligus merumuskan masalah dalam penelitian yang bersangkutan.

    B. Sumber Masalah
    Sumber masalah adalah sumber-sumber yang dari padanya bisa diangkat atau ditarik sesuatu masalah yang tepat untuk diteliti. Dalam hal ini, seseorang dituntut komitmen dan tanggungjawabnya yang sungguh-sungguh untuk memilih masalah yang benar-benar berarti secara akademis, untuk itu mungkin akan menuntuk banyak pengorbanan waktu, tenaga, dan mungkin juga dana.

    C. Teknik merumuskan masalah
    Setiap penelitian harus mempunyai satu masalah pokok. Masalah pokok ini dapat dikembangkan menjadi beberapa masalah khusus. Rumusan masalah dapat dikemukakan dengan tiga cara, yaitu: dengan kalimat tanya, dengan kalimat pernyataan, misalnya: dengan kalimat pernyataan yang dipertegas dengan kalimat tanya, misalnya:

    D. Membuat Hipotesis yang Baik
    Setelah peneliti merumuskan permasalah dan melakukan kajian teori yang relevan dengan permasalahan secara mendalam terhadap berbagai sumber untuk menentukan anggapan dasar, maka langkah selanjutnya ialah merumuskan hipotesis.

    Secara etimologi, hipotesis berasal dari dua suku kata yaitu ‘hypo” yang berarti lemah dan “thesis” yang berarti pernyataan. Hipotesis berarti sebuah pernyataan yang lemah, atau kesimpulan yang belum final, masih harus diuji atau dibuktikan kebenarannya. Menurut Kerlinger (2004:30) hipotesis adalah pernyataan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Menurut Donal Ary, et. al (1985:76) ada dua alasan yang mendasarinya, yaitu:
    a. Hipotesis yang baik menunjukan bahwa peneliti memiliki ilmu pengetahuan yang cukup dalam kaitannya dengan permasalahan.
    b. Dengan hipotesis dapat memberikan arah dan petunjuk tentang pengambilan data dan proses interprestasinya.

    Secara fungsional hipotesis penelitian sangat penting dan apabila dinyatakan dengan tepat dan teliti, maka jawaban sementara dapat dipergunakan sebagai petunjuk analisis. Dengan adanya hipotesis, akan mempermudah bagi peneliti dalam mencari pemecahan permasalahan atas dasar pernyataan hipotesis yang telah dibuat sebelumnya.

    Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, hipotesis harus selalu ada. Sedangkan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif biasanya tidak terdapat hipotesis.

    Menurut Dahlan(2004) ada 5 tahapan tahapan yang harus diperhatikan dalam menentukan uji hipotesis yang tepat dalam melalukan pengolahan data penelitian.
    1. Skala pengukuran
    Ada 4 jenis skala pengukuran yaitu nominal, ordinal (bertingkat), interval, rasio nominal dan ordinal masuk ke dalam katagorikal atau non parametrik, sedangkan interval dan rasio masuk ke dalam non katagorikal atau parametrik atau numerik
    Biasanya bidang ilmu keperawatan/kesehatan banyak menggunakan skala pengukuran non parametrik atau katagorikal berupa nominal dan ordinal
    2. Jenis hipotesis
    Ada 2 jenis hipotesis yaitu :
    a. komparatif (perbedaaan) / asosiatif (hubungan)
    asosiatif dibagi menjadi 2 yaitu asosiatif simetris dan asosiatif kausal
    contoh asosiatif simetris : “Adakah perbedaan antara pengetahuan dan sikap perawat dalam komunikasi terapeutik ?
    Contoh asosiatif kausal : “Adakah pengaruh mobilisasi terhadap proses penyembuhan luka?
    b. korelatif, contoh “Berapa korelasi atau hubungan antara tingkat kepercayaan terhadap
    perubahan perilaku ?”
    3. Jumlah kelompok (satu kelompok atau lebih)
    4. Berpasangan atau tidaknya responden
    5. Tabel silang (baris X kolom) biasanya disingkat B X K
    6. Uji parametrik atau non parametrik

    E. Ciri – ciri Hipotesis yang Baik
    1. Dinyatakan dalam kalimat yang tegas
    - Upah memiliki pengaruh yang berarti terhadap produktifitas karyawan (jelas)
    - Upah memiliki pengaruh yang kurang berarti terhadap produktifitas karyawan (tidak jelas)
    2. Dapat diuji secara alamiah
    - Upah memiliki pengaruh yang berarti terhadap produktifitas karyawan (dapat diuji)
    - Batu yang belum pernah terlihat oleh mata manusia dapat berkembang biak (Pada hipotesis ini tidak dapat dibuktikan karena kita tidak dapat mengumpulkan data tentang batu yang belum terlihat manusia)
    3. Dasar dalam merumuskan hipotesis kuat
    - Harga barang berpengaruh negatif terhadap permintaan (memiliki dasar kuat yaitu teori permintaan dan penawaran)
    - Uang saku memiliki pengaruh yang signifikant terhadap jam belajar mahasiswa. (tidak memiliki dasar kuat)

    Menurut West (1977:26) suatu hipotesis yang baik memiliki ciri-ciri:
    1. Bisa diterima dengan akal sehat;
    2. Konsisten dengan teori dan fakta yang telah diketahui;
    3. Rumusannya dinyatakan sedemikian rupa sehingga dapat diuji dan ditemukan salah benarnya;
    4. Dinyatakan dalam perumusan yang sederhana dan jelas.
    5. Harus dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan.


    Referensi :

    bagus.staff.gunadarma.ac.id/.../files/.../Metode+Penelitian-3%2B4.ppt - Mirip
    element.indonusa.ac.id/mod/resource/view.php?id=23597
    http://blogbahrul.wordpress.com/2007/11/28/pemilihan-topik-latar-belakang-dan-perumusan-masalah/
    http://www.google.co.id/#hl=id&q=pengertian+sumber+masalah+dalam+penulisan+ilmiah&meta=&aq=f&aqi=&aql=&oq=&gs_rfai=&fp=983862b504061180
    http://muhammad-win-afgani.blogspot.com/2008/08/sumber-sumber-masalah-penelitian.html
    http://www.fkep.unpad.ac.id/proses-belajar-mengajar/cara-cepat-menentukan-uji-hipotesis-penelitian.html/comment-page-1

    Minggu, 18 April 2010

    METODE ILMIAH

    Metode ilmiah merupakan suatu prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan baru/ pengembangan pengetahuan yang telah ada. Metode berasal dari bahasa Yunani, Meta yang berarti sesudah dan hodos yang berarti jalan. Metode adalah langkah-langkah yang diambil menurut urutan tertentu, untuk mencapai pengetahuan yang benar, yaitu sesuatu tatacara, teknik, atau jalan yang telah dirancang dan dipakai dalam proses memperoleh pengetahuan jenis apapun, baik pengetahaun humanistik,dan historis, ataupun pengetahuan filsafat dan ilmiah (Bakker, 1988). Van Melsen(1986) mengemukakan bahwa setiap ilmu mempunyai metode berlainan untuk menyelidiki, melukiskan, mengerti realitas.

    Menurut Almadk (1939),” metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle (1975) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi.”
    Metode ilmiah dalam meneliti mempunyai langkah-langkah tertentu dalam Metode ilmiah bekerja. seperti di bawah ini.

    Langkah-langkah dalam Metode Ilmiah

    1. Perumusan masalah, pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas batas-batasnya.
    2. Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis, merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan.
    3. Perumusan hipotesis, jawaban sementara atas dugaan jawaban pertanyaan yang diajukan.
    4. Pengujian hipotesis, pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.
    5. Penarikan kesimpulan, penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima.

    Schluter (1926) memberikan 15 langkah dalam melaksanakan penelitian dengan metode ilmiah. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :
    1. Pemilihan bidang, topik, atau judul penelitian.
    2. Mengadakan survei lapangan.
    3. Membangun sebuah bibliografi.
    4. Memformulasikan dan mendefinisikan sebuah masalah.
    5. Membeda-bedakan dan membuat out-line dari unsur-unsur permasalahan.
    6. Mengklasifikasikan unsur-unsur dalam masalah menurut hubungannya dengan data atau bukti, baik langsung ataupun tidak langsung.
    7. Menentukan data atau bukti mana yang dikehendaki sesuai dengan pokok-pokok dasar dalam masalah.
    8. Menentukan apakah data atau bukti yang diperlukan tersedia atau tidak.
    9. Menguji untuk diketahui apakah masalah dapat dipecahkan atau tidak.
    10. Mengumpulkan data dan keterangan yang diperlukan.
    11. Mengatur data secara sistematis untuk dianalisa.
    12. Menganalisa data dan bukti yang diperoleh untuk membuat interpretasi.
    13. Mengatur data untuk persentase dan penampilan.
    14. Menggunkan citasi, referensi dan footnote (catatan kaki).
    15. Menulis laporan penelitian

    Dalam melaksanakan penelitian secara ilmiah. Abclson (1933) memberikan langkah-langkah berikut:
    1. Tentukan judul. Judul dinyatakan secara singkat
    2. Pemilihan masalah. Dalam pemilihan ini harus: a). Nyatakan apa yang disarankan oleh judul. b). Berikan alasan terhadap pemilihan tersebut. Nyatakan perlunya diselidiki masalah menurut kepentingan umum. c). Sebutkan ruang lingkup penelitian. Secara singkat jelaskan materi. situasi dan hal-hal lain yang menyangkut bidang yang akan diteliti.
    3. Pemecahan masalah. Dalam memecahkan masalah harus diikuti hal-hal berikut:
    a). Analisa harus logis. Aturlah bukti dalam bnntuk yang sistematis dan logis. Demikian juga halnya unsur-unsur yang dapat memecahkan masalah. b). Proscdur penelitian yang digunakan harus dinyatakan secara singkat. c) Urutkan data, fakta dan keterangan-keterangan khas yang diperlukan d). Harus dinyatakan bagaimana set dari data diperoleh termasuk referensi yang digunakan. e). Tunjukkan cara data dilola sampai mempunyai arti dalam memecahkan masalah. f). Urutkan asumsi-asumsi yang digunakan serta luibungannya dalam berbagai fase penelitian.
    4. Kesimpulan
    a). Berikan kesimpulan dari hipotesa, nyatakan dua atau tiga kesimpulan yang mungkin diperoleh b). Berikan implikasi dari kesimpulan. Jelaskan beberapa implikasi dari produk hipotesa dengan memberikan beberapa inferensi.
    5. Berikan studi-studi sebelumnya yang pernah dikerjakan yang berhubungan dengan masalah. Nyalakan kerja-kerja sebelumnya secara singkat dan berikan referensi bibliografi yang mungkin ada manfaatnya scbagai model dalam memecahkan masalah. Dari pedoman beberapn ahli di atas, maka dapal disimpulkan balnwa penelitian dengan mcnggunakan metode ilmiah sckurang-kurangnya dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
    5.1. Merumuskan serta mendefinisikan masalah
    langkah pertama dalam meneliti adalah menetapkan masalah yang akan dipecahkan. Untuk menghilangkan keragu-raguan. masalah tersebut didefinisikan secara jelas. Sampai ke mana luas masalah yang akan dipecahkan Sebutkan beberapa kata kunci (key words) yang terdapat dalam masalah. Misalnya masalah yang dipilih adalah Bagaimana pengaruh mekanisasi terhadap pendapatan usaha tani di Aceh?
    Berikan definisi tentang usaha tani, tentang mekanisasi, pada musim apa. dan sebagainya
    5.2. Mengadakan studi kepustakaan
    Setelah masalah dirumuskan, step kedua yang dilakukan dalam mencari data yang tersedia yang pernah ditulis peneliti sebelumnya yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan. Kerja mencari bahan di perpustakaan merupakan hal yang tak dapat dihindarkan olch seorang peneliti. Ada kalanya. perumusan masalah dan studi keputusan dapat dikerjakan secara bersamaan.
    5.3. Memformulasikan hipotesa
    Setelah diperoleh infonnasi mengenai hasil penelitian ahli lain yang ada sangkut-pautnya dengan masalah yang ingin dipecahkan. maka tiba saatnya peneliti memformulasikan hipotesa-hipolesa unttik penelitian. Hipotesa tidak lain dari kesimpulan sementara tentang hubunggan sangkut-paut antarvariabel atau fenomena dalam penelitian. Hipotesa merupakan kesimpulan tentatif yang diterima secara sementara sebelum diuji.
    5.4. Menentukan model untuk menguji hipotesa
    Setelah hipotesa-hipotesa ditetapkan. kerja selanjutnya adalah merumuskan cara-cara untuk menguji hipotesa tersebut. Pada ilmu-ilmu sosial yang telah lebih berkembang. scperti ilmu ekonomi misalnva. pcnguji’an hipotesa didasarkan pada kerangka analisa (analytical framework) yang telah ditetapkan. Model matematis dapat juga dibuat untuk mengrefleksikan hubungan antarfenomena yang secara implisif terdapal dalam hipotesa. untuk diuji dengan teknik statistik yang tersedia.
    Pcngujian hipotesa menghendaki data yang dikumpulkan untuk keperluan tersebut. Data tersebut bisa saja data prime ataupun data sekunder yang akan dikumpulkan oleh peneliti.
    5.5. Mengumpulkan data
    Peneliti memerlukan data untuk menguji hipotesa. Data tersebut yang merupakan fakta yang digunakan untuk menguji hipotesa perlu dikumpulkan. Bcrgantung dan masalah yang dipilih serta metode pcnelitian yang akan digunakan. teknik pengumpulan data akan berbeda-beda. Jika penelitian menggunakan metode percobaan. misalnya. data diperoleh dan plot-plot pcrcobaan yang dibual sendiri oleh peneliti Pada metodc scjarah ataupun survei normal, data diperoleh dengan mcngajukan pertanyaan-pertanyaan kepada responden. baik secara langsung ataupun dengan menggunakan questioner Ada kalanya data adalah hasil pengamatan langsung terhadap perilaku manusia di mana peneliti secara partisipatif berada dalam kelompok orang-orang yang diselidikinya.
    5.6. Menyusun, Menganalisa, and Menyusun interfensi
    Setelah data terkumpul. pcneliti menyusun data untuk mengadakan analisa Sebelum analisa dilakukan. data tersebul disusun lebih dahulu untuk mempermudah analisa. Penyusunan data dapat dalam bentuk label ataupun membuat coding untuk analisa dengan komputer. Sesudah data dianalisa. maka perlu diberikan tafsiran atau interpretasi terhadap data tersebut.
    5.7. Membuat generalisasi dan kesimpulan
    Setelah tafsiran diberikan, maka peneliti membuat generalisasi dari penemuan-penemuan, dan selanjutnya memberikan beberapa kesimpulan. Kesimpulan dan generalisasi ini harus berkaitan dengan hipotesa. Apakah hipotesa benar untuk diterima. ataukah hiporesa tersebut ditolak.
    5.8. membuat laporan ilmiah
    Langkah terakhir dari suatu penelitian ilmiah adalah membuat laporan ilmiah tentang hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut.


    Referensi :
    http://A. Nashrudin//Apakah yang dimaksud dengan Metode Ilmiah « Ekspresi Datang berseri, Pulang membawa ilmu.htm
    http://dewi.students-blog.undip.ac.id/2009/05/29/metode-ilmiah/
    http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/508aa956406316090d64deb4eb5235f4e43f809b.pdf

    KARYA ILMIAH

    Karya ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.

    Ciri-ciri Karya Ilmiah

    1) Objektif. Keobjektifan ini menampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga, setiap pernyataan atau simpulan yang disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang bisa dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, siapa pun dapat mengecek kebenaran dan keabsahanya.
    2) Netral. Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan yang bersifat "mengajak", "membujuk", atau "mempengaruhi" pembaca dihindarkan.
    3) Sistematis. Uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dan sebagainya. Dengan cara demkian, pembaca akan bisa mengikutinya dengan mudah alur uraiannya.
    4) Logis. Kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif atau deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data digunakan pola induktif; sebaliknya, kalau bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis digunakan pola deduktif.
    5) Menyajikan fakta (bukan emosi atau perasaan). Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yaitu menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional (menggebu-gebu seperti orang berkampanye, perasaan sedih seperti orang berkabung, perasaan senang seperti orang mendapatkan hadiah, dan perasaan marah seperti orang bertengkar) hendaknya dihindarkan.

    Macam-macam karya ilmiah

    Pada prinsipnya semua karya ilmiah yaitu hasil dari suatu kegiatan ilmiah. Dalam hal ini yang membedakan hanyalah materi, susunan , tujuan serta panjang pendeknya karya tulis ilmiah tersebut,. Secara garis besar, karya ilmiah di klasifikasikan menjadi dua, yaitu karya ilmiah pendidikan dan karya ilmiah penelitian.

    1. Karya iImiah Pendidikan

    Karya ilmiah pendidikan digunakan tugas untuk meresume pelajaran, serta sebagai persyaratan mencapai suatu gelar pendidikan. Karya ilmiah pendidikan terdiri dari:
    a. Paper (Karya Tulis).
    Paper atau lebih populer dengan sebutan karya tulis, adalah karya ilmiah berisi ringkasan atau resume dari suatu mata kuliah tertentu atau ringkasan dari suatu ceramah yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswanya.
    b. Pra Skripsi
    Pra Skripsi adalah karya tulis ilmiah pendidikan yang digunakan sebagai persyaratan mendapatka gelar sarjana muda. Karya ilmiah ini disyaratkan bagi mahasiswa pada jenjang akademik atau setingkat diploma 3 ( D-3) .
    c. Skripsi
    Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta- fakta empiris-objektif baik berdasarkan peneliian langsung (observasi lapangan) maupun penelitian tidak langsung ( study kepustakaan) skripsi ditulis sebagai syarat mendapatkan gelar sarjana S1. Pembahasan dalam skripsi harus dilakukan mengikuti alur pemikiran ilmiah yaitu logis dan emperis.
    d. Thesis
    Thesis adalah suatu karya ilmiah yang sifatnya lebih mendalam dari pada skripsi, thesis merupakan syarat untuk mendapatkan gelar magister (S-2).
    Penulisan thesis bertujuan mensinthesikan ilmu yng diperoleh dari perguruan tinggi guna mempeluas khazanah ilmu yang telah didapatkan dari bangku kuliah master, khazanah ini terutama berupa temuan-temuan baru dari hasil suatu penelitian secara mendalam tentang suatu hal yangmenjadi tema thesis tersebut.
    e. Disertasi
    Disertasi adalah suatu karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta akurat dengan analisis terinci. Disertasi berisi tentang hasil penemuan-penemuan penulis dengan menggunakan penelitian yang lebih mendalam terhadap suatu hal yang dijadikan tema dari desertasi tersebut, penemuan tersebut bersifat orisinil dari penulis sendiri, penulis desertasi berhak menyandang gelar Doktor.

    2. Karya ilmiah Penelitian.

    Karya ilmiah penelitian terdiri dari :

    a. Makalah seminar.

    1. Naskah Seminar
    Naskah Seminar adalah karya ilmiah tang barisi uraian dari topik yang membahas suatu permasalahan yang akan di sampaikan dalam forum seminar. Naskah ini bisa berdasarkan hasil penelitian pemikiran murni dari penulisan dalam membahas atau memecahkan permasalahan yang dijadikan topik atau dibicarakan dalam seminar.
    2. Naskah Bersambung
    Naskah Bersambung sebatas masih berdasarkan ciri-ciri karya ilmiah, bisa disebut karya tulis ilmiah. Bentuk tulisan bersambung ini juga mempunyai judul atau title dengan pokok bahasan (topik) yang sama, hanya penyajiannya saja yang dilakukan secara bersambung, atau bisa juga pada saat pengumpulan data penelitian dalam waktu yang berbeda.

    b. Laporan hasil penelitian

    Laporan adalah bagian dari bentuk karya tulis ilmiah yang cara penulisannya dilakukan secara relatif singkat. Laporan ini bisa di kelompokkan sebagai karya tulis ilmiah karena berisikan hasil dari suatu kegiatan penelitian meskipun masih dalam tahap awal.

    c. Jurnal penelitian

    Jurnal penelitian adalah buku yang terdiri karya ilmiah terdiri dari asal penilitian dan resensi buku. Penelitian jurnal ini harus teratur continue) dan mendapatkan nomor dari perpustakaannasional berupa ISSN(international standard serial number).
    Sikap Ilmiah
    Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisis ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah. Sikap ilmiah ini perlu dibiasakan dalam berbagai forum ilmiah, misalnya dalam diskusi, seminar, loka karya, dan penulisan karya ilmiah
    Sikap-sikap ilmiah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
    1) Sikap ingin tahu. Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya. Mengapa demikian? Bagaimana caranya? Apa saja unsur-unsurnya? Dan seterusnya.
    2) Sikap kritis. Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan-kekurangannya, kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.
    3) Sikap terbuka. Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.
    4) Sikap objektif. Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.
    5) Sikap rela menghargai karya orang lain. Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.
    6) Sikap berani mempertahankan kebenaran. Sikap ini menampak pada ketegaran membela fakta dan hasil temuan lapangan atau pengembangan walapun bertentangan atau tidak sesuai dengan teori atau dalil yang ada.
    7) Sikap menjangkau ke depan. Sikap ini dibuktikan dengan selalu ingin membuktikan hipotesis yang disusunnya demi pengembangan bidang ilmunya.

    Manfaat Penulisan Karya Ilmiah

    1.Mengembangkan keterampilan membaca yang efektif, karena sebelum menulis karya ilmiah, penulis harus membaca dulu
    2. Terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber dan mengembangkan ke tingkat pemikiran yang lebih matang
    3. Akrab dengan kegiatan perpustakaan, seperti bahan bacaan dalam katalog pengarang atau katalog judul buku
    4. Meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasikan dan menyajikan fakta secara jelas dan sistematis
    5. Memperoleh kepuasan intelektual
    6. Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat
    7. Ikut serta dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK

    Referensi :
    Hery Firman, Karya Ilmiah, blog hery firman, diakses tanggal 1 Maret 2010
    http://Karya IlmiahMr_’s Blog.htm
    http://karya-tulis-ilmiah-ciri-dan-sikap.html
    Masnur Muslich, Karya Tulis Ilmiah : Ciri dan Sikap Ilmiah, blog Masnur Muslich, diakses tanggal 1 Maret 2010
    Noor Ifada. mpi_02-karya ilmiah.pdf
    Totok Djuroto dan Bambang Supriyadi, Menulis Artikel dan Karya Ilmiah (Bandung: Rosda Karya, 2005), hlm.15.

    PENALARAN INDUKTIF

    Penalaran induktif adalah penalaran yang mengambil contoh-contoh khusus yang khas untuk kemudian diambil kesimpulan yang lebih umum. penalaran ini memudahkan untuk memetakan suatu masalah sehingga dapat dipakai dalam masalah lain yang serupa. catatan bagaimana penalaran induktif ini bekerja adalah, meski premis-premis yang diangkat benar dan cara penarikan kesimpulannya sah, kesimpulannya belum tentu benar. tapi kesimpulan tersebut mempunyai peluang untuk benar.
    Jenis-jenis penalaran induktif adalah :

    1. Generalisasi

    Generalisasi adalah penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau peristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili
    Contoh :
    • Christiano Ronaldo adalah pemain sepak bola, dan ia berparas tampan
    • Ricardo Kaka pemain sepakbola, dan ia berparas tampan
    Generalisasi : Semua ppemain sepakbola berparas tampan.
    Pernyataan "semua pemain sepakbola berparas tampan" hanya memiliki kebenaran probabiltas kerena belum pernah diselidiki kebenarannya.
    Contoh kesalahannya :
    Didier Drogba juga pemain sepakbola, tapi tidak berparas tampan

    Macam –macam generalisasi :

    1) Generalisasi Sempurna adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki semua, contoh. Semua bulan masehi mempunyai hari tidak lebih dari 31 hari. Dalam penyimpulan ini, keseluruhan fenomena, yaitu jumlah hari pada setiap bulan dalam satu tahun diselidiki tanpa ada yang ditinggalkan. Generalisasi semacam ini, memberikan kesimpulan yang sangat kuat dan tidak dapat dipatahkan tetapi prosesnya tidak praktis dan tidak ekonomis.

    2) Generalisasi Sebagian, yaitu generalisasi dimana kesimpulannya diambil berdasarkan sebagian fenomena yang kesimpulanya berlaku juga bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki, misalnya. Setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia adalah menusia yang suka bergotong-royong kemudian diambil kesimpulan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong-royong, maka penyimpulan ini adalah generalisasi sebagian (probabilitas).

    2. Hubungan Kausalitas

    Berupa sebab sampai kepada kesimpulan yang merupakan akibat atau sebaliknya. Pada umumnya hubungan sebab akibat dapat berlangsung dalam tiga pola, yaitu sebab ke akibat, akibat ke sebab, dan akibat ke akibat. Namun, pola yang umum dipakai adalah sebab ke akibat dan akibat ke sebab. Ada 3 jenis hubungan kausal, yaitu :

    1) Hubungan sebab-akibat
    Yaitu dimulai dengan mengemukakan fakta yang menjadi sebab dan sampai kepada kesimpulan yang menjadi akibat. Pada pola sebab ke akibat, sebagai gagasan pokok adalah akibat, sedangkan sebab merupakan gagasan penjelas.
    Contoh :
    Anak-anak berumur 7 tahun mulai memasuki usia sekolah. Mereka mulai mengembangkan interaksi sosial dilingkungan tempatnya menimba ilmu. Mereka bergaul dengan teman-teman yang berasal dari latar belakang yang berbeda. Dengan demikian, berbagai karakter anak mulai terlihat karena proses sosialisasi itu.

    2) Hubungan akibat-sebab
    Yaitu dimulai dengan fakta yang menjadi akibat, kemudian dari fakta itu dianalasis untuk mencari sebabnya.
    Contoh :
    Dalam bergaul anak dapat berperilaku aktif. Sebaliknya ada pula anak yang masih malu-malu dan selalu mengandalkan temannya. Namun, tidak dapat di pungkiri jika ada anak yang selalu membuat ulah. Hal ini disebabkan oleh interaksi sosial yang dilakukan anak ketika memasuki usia sekolah.

    3) Hubungan sebab-akibat1-akibat2
    Yaitu dimulai dari suatu sebab yang dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua. Demikianlah seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa akibat.
    Contoh :
    Mulai tanggal 2 april 1975 harga berbagai jenis minyak bumi dalam negeri naik. Minyak tanah, premium, solar, diesel, minyak pelumas, dan lain-lainnya dinaikan harganya, karena pemerintah ingin mengurangi subsidinya, dengan harapan supaya ekonomi Indonesia makin wajar. Karena harga bahan bakar naik, sudah barang tentu biaya angkutanpun akan naik pula. Jika biaya angkutan naik, harga barang pasti akan ikut naik, karena biaya tambahan untuk transport harus diperhitungkan. Naiknya harga barang akan terasa berat untuk rakyat. Oleh karena itu, kenaikan harga barang dan jasa harus diimbangi dengan usaha menaikan pendapatan rakyat.

    3. Analogi

    Pengetahuan secara analogis adalah suau metode yang menjelaskan barang – barang yang tidak biasa dengan istilah - istilah yang di kenal ide – ide baru bisa di kenal atau dapat di terima apabila di hubungkan dengan hal – hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai.

    Analogi Induktif adalah suatu cara berfikir yang di dasarkan pada persamaan yang nyata dan terbukti. Jika memiliki suatu kesamaan dari yang penting, maka dapat di simpulkan serupa dalam beberapa karakteristik lainnya. Apabila hanya terdapat persamaan kebetulan dan perbandingan untuk sekedar penjelasan, maka kita tidak dapat membuat suatu kesimpulan.

    Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada. Contohnya pada kata dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.



    Referensi :
    http://Penalaran-induktif.htm
    http://PENALARAN INDUKTIF « Utlia's Blog.htm

    PENALARAN DEDUKTIF

    Penalaran Deduktif

    Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.

    Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
    Penalaran deduktif adalah cara berpikir dengan berdasarkan suatu pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan. Pernyataan tersebut merupakan premis, sedangkan kesimpulan merupakan implikasi pernyataan dasar tersebut. Artinya, apa yang dikemukakan dalam kesimpulan sudah tersirat dalam premisnya. Jadi, proses deduksi sebenarnya tidak menghasilkan suatu konsep baru, melainkan pernyataan atau kesimpulan yang muncul sebagai konsistensi premis-premisnya.

    proposisi, menurut seorang ahli bahasa, adalah bongkahan-bongkahan makna yang ada dalam suatu tuturan. Proposisi merupakan ungkapan lahiriah dari putusan. Sebagai ungkapan lahiriah dari putusan proposisi itu selalu terdiri dari rangkaian kata-kata yang berfungsi sebagai subjek dan predikat. Hubungan antar subjek dan predikat ini senantiasa berbentuk pengakuan atau pengingkaran semata tentang sesuatu yang lain.

    Term yaitu kata atau kelompok kata yang berfungsi sebagai S atau P. Kata atau kelompok kata yang tidak dapat berfungsi sebagai S atau P dalam pengertian logika bukan merupakan term. Dengan demikian, term terdiri atas kata atau kelompok kata, tetapi tidak semua kata atau kelompok kata berfungsi sebagai term.

    Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Silogisme terdiri dari; Silogisme Katagorik, Silogisme Hipotetik dan Silogisme Disyungtif.
    Macam-macam silogisme :
    1. Silogisme Kategorial

    Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
    Semua mamalia binatang yang melahirkan dan menyusui anaknya. Sapi termasuk mamalia. Jadi, Sapi : binatang yang melahirkan dan menyusui anaknya.
    Yang perlu dicermati adalah, bahwa pola penalaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari kita tidak demikian nampak, entah di realita pembicaraan sehari-hari, lewat surat kabar, majalah, radio, televisi, dan lain-lain.

    2. Silogisme Hipotesis

    Silogisme hipotesis yaitu silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Konditional hipotesis yaitu bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.

    Contoh silogisme hipotesis

    My : Jika tidak ada buku saya sangat kesulitan untuk belajar
    Mn : Buku tidak ada
    K : Jadi, saya akan kesulitan untuk belajar

    3. Silogisme Alternatif

    Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.

    Contoh silogisme alternatif :

    My : Harimau berada di dalam kandang atau di luar kandang
    Mn : Harimau berada di luar kandang
    K : Jadi, Harimau tidak berada di dalam kandang

    4. Entimen

    Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.

    Contoh entimen :

    Dia mendapat hadiah karena berprestasi baik
    Anda mendapat hadiah karena anda berprestasi baik


    Referensi :
    http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
    http://Macam-MacamSilogisme « Loveyuli's Blog.htm
    http://penalaran-deduktif-dan-induktif.html
    http://Proposisi (Bahasa Indonesia-2) « Oki Goes Blog ' Langkahku di Dunia IT '.htm
    http://silogisme.html
    http://Tugas Penalaran deduktif Warta Warga.htm